Bahaya Suplemen Vitamin yang dikonsumsi oleh banyak orang belum diketahuinya. Dibalik manfaat suplemen vitamin ternyata banyak bahaya dibalik itu semua.
Banyak orang yang memilih mengonsumsi vitamin, mineral atau suplemen diet tertentu karena ketiganya dianggap sebagai salah satu cara aman agar Anda tetap fit. Namun suplemen semacam ini ternyata tak seaman yang Anda bayangkan.
Majalah Consumer Reports pun menggelar investigasi melalui wawancara, tinjauan sejumlah studi dan menganalisis beberapa efek samping suplemen vitamin yang dilaporkan pada FDA AS. Dari keseluruhan data tersebut, Consumer Reports pun menemukan 10 bahaya tersembunyi yang ada pada vitamin, mineral atau suplemen lainnya yang juga bisa Anda simak seperti dilansir dari cbsnews, Jumat (3/8/2012) berikut ini.
1. Suplemen itu bukannya bebas risiko
Menurut Consumer Reports, FDA mendapatkan laporan 6.300 orang yang mengalami efek samping serius berkaitan dengan penggunaan suplemen diet antara tahun 2007 hingga bulan April 2012. Selain itu ada 10.300 kasus efek samping serius, 2.100 kasus pengguna yang harus diopname, 1.000 kasus cedera atau menderita penyakit serius, 900 kasus pengguna masuk UGD dan 115 kasus meninggal dunia akibat penggunaan suplemen.
Meski begitu untuk menanggapi laporan ini, FDA tak serta-merta menarik sejumlah suplemen dari pasaran. Untuk sementara, FDA telah melarang penggunaan satu bahan suplemen yaitu ephedrine alkaloid yang diketahui berimplikasi terhadap sejumlah dampak yang merugikan, termasuk kematian.
Solusi:
Bukalah situs FDA dan ketik nama suplemen yang sedang Anda konsumsi untuk mengetahui apakah suplemen itu mendapatkan peringatan dari FDA atau telah ditarik dari pasaran. Namun bagi orang-orang yang sudah terlanjur mendapatkan reaksi negatif dari suplemen sebaiknya segera menemui dokter dan melaporkan kasus itu pada FDA.
2. Sejumlah suplemen itu sebenarnya obat resep
Sejak 2008, FDA telah menarik sekitar 400 produk suplemen dari pasaran, sebagian besar merupakan produk untuk bodybuilding (pembentukan otot), penurunan berat badan dan peningkatkan performa seksual.
Banyak dari produk yang ditarik itu mengandung bahan aktif yang sama dengan obat-obatan yang diresepkan seperti sildenafil (Viagra) dan sibutramine (obat penurun berat badan Meridia yang ditarik dari pasar pada 2010 karena menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke). FDA pun telah menerima laporan adanya kasus gagal ginjal, pembekuan darah dalam paru-paru serta kematian yang dikaitkan dengan suplemen yang telah terkontaminasi dengan bahan obat-obatan.
"Produk penambah performa seksual palsu biasanya diklaim bisa berfungsi selama 20-45 menit. Ketika Anda mengetahui ada produk yang membuat klaim seperti itu dan melebihi kemampuan suplemen diet pada umumnya maka bisa jadi produk ini palsu," ungkap Dr. Dana Fabriucant, direktur divisi program suplemen diet FDA.
Solusi:
Ingin menurunkan berat badan? Cobalah diet dan olahraga. Ingin punya badan berotot? Cobalah latihan berat dan bagi mereka yang mengalami masalah di ranjang, berkonsultasilah ke dokter karena kondisi ini bisa saja disebabkan masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi atau gangguan ginjal.
3. Anda bisa saja overdosis vitamin
Hanya karena ini suplemen, bukan berarti Anda tak bisa mengalami overdosis. Vitamin A, D, E dan K dalam dosis besar dapat menyebabkan masalah kesehatan dan bisa mengganggu konsumsi obat-obatan resep pada seseorang.
Terlalu banyak vitamin A (dalam bentuk retinol) bisa menyebabkan gagal hati atau bahkan kematian, sedangkan pada wanita hamil akan berisiko cacat lahir. Selain itu, kebanyakan asupan vitamin D mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak sehat, nyeri tulang, muntah, diare dan masalah otot.
Overdosis vitamin E bisa meningkatkan risiko pendarahan, terutama bagi orang-orang yang tengah mengonsumsi obat pengencer darah sedangkan terlalu banyak vitamin K juga berbahaya karena bisa mendatangkan penyakit hati atau ginjal. Overdosis zat besi dari suplemen juga merusak fungsi organ dan menyebabkan kematian jika tidak diobati.
Lagipula sebenarnya tidak sulit untuk meminum suplemen melebihi dosis yang direkomendasikan. Misalnya, seorang wanita yang mengkhawatirkan kondisi tulangnya bisa jadi mengonsumsi suplemen kalsium, minum multivitamin yang mengandung kalsium dan makan sereal yang diperkaya kalsium dengan susu sekaligus. Dengan pola seperti ini maka wanita itu akan cepat mencapai batasan kalsium harian yaitu 2.000 miligram. Padahal terlalu banyak kalsium dalam tubuh bisa menyebabkan batu ginjal.
Solusi:
Jumlahkan seluruh paparan suplemen harian total Anda, mulai dari makanan hingga vitamin lalu cek asupan harian yang direkomendasikan untuk Anda agar bisa dipastikan Anda tak mengonsumsi nutrisi terlalu banyak.
4. Anda tak bisa bergantung pada label peringatan
Suplemen yang mengandung zat besi harus memberi peringatan pada labelnya karena suplemen ini bisa berisiko menyebabkan keracunan fatal pada anak-anak, namun FDA menganggap suplemen tak perlu diberi label. Meski begitu, sejumlah perusahaan memilih untuk tetap menempelkannya pada kemasan suplemen.
Consumer Reports meninjau beberapa label dari 14 jenis suplemen yang terdiri dari 233 produk dari sejumlah toko di New York City dan menemukan banyak inkonsistensi. Beberapa suplemen memberikan peringatan jika Anda pernah mengidap kondisi medis tertentu sebelumnya namun tidak memberikan keterangan spesifik tentang kondisi medis yang dimaksud. Label suplemen lain menyebutkan adanya efek samping yang mungkin terjadi tanpa memberikan detail efek samping seperti apa.
Solusi:
Jika Anda tengah minum obat-obatan yang diresepkan, pastikan dokter atau farmasis Anda tahu apa suplemen yang Anda tengah konsumsi atau ingin Anda konsumsi.
5. Tak ada buktinya vitamin bisa sembuhkan penyakit
Jauhi suplemen diet yang mengklaim bisa mengobati penyakit berat karena hal ini tidak diperbolehkan oleh FDA. "Kami tak ingin melihat adanya hal-hal semacam ini karena itu sama halnya dengan memberikan ancaman langsung terhadap kesehatan masyarakat," kata Fabricant.
Bahkan beberapa dekade yang lalu, partner FDA, Federal Trade Commission pernah menggugat lebih dari 100 jenis suplemen yang membuat klaim tentang efektivitas suplemen seperti ini.
Solusi:
Kunjungi situs terpercaya dari pemerintah seperti FDA; Office of Dietary Suppplements, National Institutes of Health; dan National Center for Complementary and Alternative Medicine ketika Anda ingin mencari tahu sejumlah keterangan tentang suplemen yang Anda ingin konsumsi.
6. Hati-hati membeli suplemen dari toko obat herbal
Ketika Consumer Reports mengunjungi sejumlah toko obat herbal di New York dan meminta saran obat untuk diabetes, tekanan darah tinggi dan impotensi, penjaga toko menawarkan berbagai jenis obat herbal dan instruksinya. Namun mereka tidak memberikan informasi terkait efek samping atau risiko dari obat herbal tersebut.
Ketika sejumlah obat herbal yang direkomendasikan penjaga toko dianalisis, ilmuwan tak menemukan adanya bukti kemanjuran atau keamanan obat herbal tersebut. Para pakar juga mempertanyakan rantai suplai yang digunakan oleh sejumlah toko untuk memperoleh bahan-bahan herbal tersebut karena diduga tak memenuhi standar industri.
Solusi:
Konsultasikan dengan dokter sebelum Anda mengonsumsi obat-obatan herbal dan pastikan Anda tahu darimana asal obat tersebut.
7. Vitamin tak terbukti menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung
Pil omega-3 dan antioksidan tak bisa menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung, meskipun banyak orang yang berpikir begitu. Studi terbaru tak hanya meragukan efektivitas suplemen pelindung ini tetapi menduga suplemen ini justru bisa meningkatkan risikonya.
Consumer Reports mencantumkan sebuah studi pada bulan Juni 2012 dalam New England Journal of Medicine yang mengamati 12.500 penderita diabetes dan berisiko terkena serangan jantung dan stroke. Studi ini menemukan bahwa tak ada perbedaan tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular diantara orang yang mengonsumsi omega-3 ataupun plasebo.
Begitu pula dengan antioksidan yang biasa ditemukan dalam suplemen vitamin A, C dan E. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute tak menemukan manfaat perlindungan melawan risiko kanker prostat atau gastrointestinal dari penggunaan antioksidan tersebut. Sebaliknya, peneliti mengatakan, "Sejumlah percobaan klinis menunjukkan bahwa beberapa antioksidan ini justru meningkatkan risiko kanker."
Solusi:
American Heart Association menyatakan bahwa masih ada saja penderita penyakit arteri koroner yang berkonsultasi dengan dokternya tentang pemberian suplemen omega-3. Padahal asupan omega-3 bisa didapatkan dari makan makanan yang mengandung lemak ikan sedikitnya dua kali seminggu. Namun jika Anda ingin mengurangi risiko kanker, Consumer Reports menyarankan agar Anda berhenti minum suplemen antioksidan, minum alkohol dan membuat pola makan yang sehat.
8. Tersedak dan iritasi kerongkongan
Dari data FDA, Consumer Reports menemukan lebih dari 900 kasus tersedak suplemen selama lebih dari lima tahun.
Meski risikonya kecil, Dr. Joe Blumin dari American Academy of Otolayrngology-Head and Neck Surgery mengatakan bahwa tersedak merupakan kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera.
Blumin juga mengatakan bahwa pil-pil tersebut bisa mengiritasi kerongkongan dan menyebabkan kejang sehingga pilnya akan mentok dan memberikan sensasi seperti tersedak.
Solusi:
"Terkadang yang Anda perlukan hanyalah menelannya sekali lagi atau minum air yang banyak untuk menurunkan pilnya," ujar Blumin.
Namun sebenarnya bagaimana cara terbaik yang bisa digunakan untuk memastikan vitamin masuk ke tubuh dengan benar? Sebelum meminum pilnya, lembabkan mulut dan tenggorokan Anda dengan air. Lalu tempatkan pilnya di ujung lidah, sruput sedikit air, dongakkan kepala ke belakang dan telan pil tersebut. Minumlah air sisanya untuk membantu mendorong pil turun. Jika Anda sering bermasalah saat menelan pil, konsultasikan dengan dokter THT.
9. Produk alami mungkin ada baiknya tapi itu belum tentu
Meski pada kemasan vitamin Anda tertera label 'organik' tapi tidak menutup kemungkinan obat ini juga telah dibuat di sebuah laboratorium.
FDA juga menyatakan bahwa ada sejumlah produk yang hanya mengandung tiruan sintetis dari obat herbal yang bahkan tidak bisa dikualifikasi sebagai suplemen diet sama sekali.
Solusi:
Jika Anda memilih untuk mengonsumsi vitamin, obat herbal atau suplemen lainnya, carilah tanda 'USP Verivied' yang berarti suplemen ini memenuhi standar kualitas, kemurnian dan potensinya.
10. Mungkin Anda tak butuh suplemen sama sekali
Banyak nutrisi yang bisa didapatkan dengan mudah lewat alam dan Anda tak perlu sebuah label untuk membuktikannya.
Vitamin A ditemukan pada telur, hati dan susu namun bahkan seorang vegetarian pun bisa memperoleh dosis harian dari lima porsi sayuran berdaun hijau serta buah-buahan berwarna kuning dan oranye. Vitamin B juga bisa diperoleh dari produk makanan turunan hewan (meski begitu wanita hamil atau mencoba untuk hamil masih ingin mempertimbangkan penggunaan asam folat untuk membantu mencegah cacat lahir).
Vitamin C tak terbukti mencegah influenza dan terlalu banyak vitamin C justru berbahaya bagi orang-orang yang mengidap hemokromatosis, sebuah kondisi dimana tubuh menyerap dan menyimpan terlalu banyak zat besi. Makanan yang kaya akan vitamin D seperti lemak ikan, telur dan produk susu biasanya juga diperkaya dengan vitamin sehingga Anda tak memerlukan suplemen.
Yang perlu diingat adalah banyak studi yang mengaku tak menemukan bukti bahwa multivitamin dapat meningkatkan kesehatan individu.
Solusi:
Jika pola makan Anda sudah mengandung komposisi seperti buah-buahan, sayuran, sereal, susu dan protein maka Anda takkan mendapatkan manfaat tambahan jika mengonsumsi vitamin tertentu.
.
Banyak orang yang memilih mengonsumsi vitamin, mineral atau suplemen diet tertentu karena ketiganya dianggap sebagai salah satu cara aman agar Anda tetap fit. Namun suplemen semacam ini ternyata tak seaman yang Anda bayangkan.
Majalah Consumer Reports pun menggelar investigasi melalui wawancara, tinjauan sejumlah studi dan menganalisis beberapa efek samping suplemen vitamin yang dilaporkan pada FDA AS. Dari keseluruhan data tersebut, Consumer Reports pun menemukan 10 bahaya tersembunyi yang ada pada vitamin, mineral atau suplemen lainnya yang juga bisa Anda simak seperti dilansir dari cbsnews, Jumat (3/8/2012) berikut ini.
1. Suplemen itu bukannya bebas risiko
Menurut Consumer Reports, FDA mendapatkan laporan 6.300 orang yang mengalami efek samping serius berkaitan dengan penggunaan suplemen diet antara tahun 2007 hingga bulan April 2012. Selain itu ada 10.300 kasus efek samping serius, 2.100 kasus pengguna yang harus diopname, 1.000 kasus cedera atau menderita penyakit serius, 900 kasus pengguna masuk UGD dan 115 kasus meninggal dunia akibat penggunaan suplemen.
Meski begitu untuk menanggapi laporan ini, FDA tak serta-merta menarik sejumlah suplemen dari pasaran. Untuk sementara, FDA telah melarang penggunaan satu bahan suplemen yaitu ephedrine alkaloid yang diketahui berimplikasi terhadap sejumlah dampak yang merugikan, termasuk kematian.
Solusi:
Bukalah situs FDA dan ketik nama suplemen yang sedang Anda konsumsi untuk mengetahui apakah suplemen itu mendapatkan peringatan dari FDA atau telah ditarik dari pasaran. Namun bagi orang-orang yang sudah terlanjur mendapatkan reaksi negatif dari suplemen sebaiknya segera menemui dokter dan melaporkan kasus itu pada FDA.
2. Sejumlah suplemen itu sebenarnya obat resep
Sejak 2008, FDA telah menarik sekitar 400 produk suplemen dari pasaran, sebagian besar merupakan produk untuk bodybuilding (pembentukan otot), penurunan berat badan dan peningkatkan performa seksual.
Banyak dari produk yang ditarik itu mengandung bahan aktif yang sama dengan obat-obatan yang diresepkan seperti sildenafil (Viagra) dan sibutramine (obat penurun berat badan Meridia yang ditarik dari pasar pada 2010 karena menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke). FDA pun telah menerima laporan adanya kasus gagal ginjal, pembekuan darah dalam paru-paru serta kematian yang dikaitkan dengan suplemen yang telah terkontaminasi dengan bahan obat-obatan.
"Produk penambah performa seksual palsu biasanya diklaim bisa berfungsi selama 20-45 menit. Ketika Anda mengetahui ada produk yang membuat klaim seperti itu dan melebihi kemampuan suplemen diet pada umumnya maka bisa jadi produk ini palsu," ungkap Dr. Dana Fabriucant, direktur divisi program suplemen diet FDA.
Solusi:
Ingin menurunkan berat badan? Cobalah diet dan olahraga. Ingin punya badan berotot? Cobalah latihan berat dan bagi mereka yang mengalami masalah di ranjang, berkonsultasilah ke dokter karena kondisi ini bisa saja disebabkan masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi atau gangguan ginjal.
3. Anda bisa saja overdosis vitamin
Hanya karena ini suplemen, bukan berarti Anda tak bisa mengalami overdosis. Vitamin A, D, E dan K dalam dosis besar dapat menyebabkan masalah kesehatan dan bisa mengganggu konsumsi obat-obatan resep pada seseorang.
Terlalu banyak vitamin A (dalam bentuk retinol) bisa menyebabkan gagal hati atau bahkan kematian, sedangkan pada wanita hamil akan berisiko cacat lahir. Selain itu, kebanyakan asupan vitamin D mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak sehat, nyeri tulang, muntah, diare dan masalah otot.
Overdosis vitamin E bisa meningkatkan risiko pendarahan, terutama bagi orang-orang yang tengah mengonsumsi obat pengencer darah sedangkan terlalu banyak vitamin K juga berbahaya karena bisa mendatangkan penyakit hati atau ginjal. Overdosis zat besi dari suplemen juga merusak fungsi organ dan menyebabkan kematian jika tidak diobati.
Lagipula sebenarnya tidak sulit untuk meminum suplemen melebihi dosis yang direkomendasikan. Misalnya, seorang wanita yang mengkhawatirkan kondisi tulangnya bisa jadi mengonsumsi suplemen kalsium, minum multivitamin yang mengandung kalsium dan makan sereal yang diperkaya kalsium dengan susu sekaligus. Dengan pola seperti ini maka wanita itu akan cepat mencapai batasan kalsium harian yaitu 2.000 miligram. Padahal terlalu banyak kalsium dalam tubuh bisa menyebabkan batu ginjal.
Solusi:
Jumlahkan seluruh paparan suplemen harian total Anda, mulai dari makanan hingga vitamin lalu cek asupan harian yang direkomendasikan untuk Anda agar bisa dipastikan Anda tak mengonsumsi nutrisi terlalu banyak.
4. Anda tak bisa bergantung pada label peringatan
Suplemen yang mengandung zat besi harus memberi peringatan pada labelnya karena suplemen ini bisa berisiko menyebabkan keracunan fatal pada anak-anak, namun FDA menganggap suplemen tak perlu diberi label. Meski begitu, sejumlah perusahaan memilih untuk tetap menempelkannya pada kemasan suplemen.
Consumer Reports meninjau beberapa label dari 14 jenis suplemen yang terdiri dari 233 produk dari sejumlah toko di New York City dan menemukan banyak inkonsistensi. Beberapa suplemen memberikan peringatan jika Anda pernah mengidap kondisi medis tertentu sebelumnya namun tidak memberikan keterangan spesifik tentang kondisi medis yang dimaksud. Label suplemen lain menyebutkan adanya efek samping yang mungkin terjadi tanpa memberikan detail efek samping seperti apa.
Solusi:
Jika Anda tengah minum obat-obatan yang diresepkan, pastikan dokter atau farmasis Anda tahu apa suplemen yang Anda tengah konsumsi atau ingin Anda konsumsi.
5. Tak ada buktinya vitamin bisa sembuhkan penyakit
Jauhi suplemen diet yang mengklaim bisa mengobati penyakit berat karena hal ini tidak diperbolehkan oleh FDA. "Kami tak ingin melihat adanya hal-hal semacam ini karena itu sama halnya dengan memberikan ancaman langsung terhadap kesehatan masyarakat," kata Fabricant.
Bahkan beberapa dekade yang lalu, partner FDA, Federal Trade Commission pernah menggugat lebih dari 100 jenis suplemen yang membuat klaim tentang efektivitas suplemen seperti ini.
Solusi:
Kunjungi situs terpercaya dari pemerintah seperti FDA; Office of Dietary Suppplements, National Institutes of Health; dan National Center for Complementary and Alternative Medicine ketika Anda ingin mencari tahu sejumlah keterangan tentang suplemen yang Anda ingin konsumsi.
6. Hati-hati membeli suplemen dari toko obat herbal
Ketika Consumer Reports mengunjungi sejumlah toko obat herbal di New York dan meminta saran obat untuk diabetes, tekanan darah tinggi dan impotensi, penjaga toko menawarkan berbagai jenis obat herbal dan instruksinya. Namun mereka tidak memberikan informasi terkait efek samping atau risiko dari obat herbal tersebut.
Ketika sejumlah obat herbal yang direkomendasikan penjaga toko dianalisis, ilmuwan tak menemukan adanya bukti kemanjuran atau keamanan obat herbal tersebut. Para pakar juga mempertanyakan rantai suplai yang digunakan oleh sejumlah toko untuk memperoleh bahan-bahan herbal tersebut karena diduga tak memenuhi standar industri.
Solusi:
Konsultasikan dengan dokter sebelum Anda mengonsumsi obat-obatan herbal dan pastikan Anda tahu darimana asal obat tersebut.
7. Vitamin tak terbukti menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung
Pil omega-3 dan antioksidan tak bisa menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung, meskipun banyak orang yang berpikir begitu. Studi terbaru tak hanya meragukan efektivitas suplemen pelindung ini tetapi menduga suplemen ini justru bisa meningkatkan risikonya.
Consumer Reports mencantumkan sebuah studi pada bulan Juni 2012 dalam New England Journal of Medicine yang mengamati 12.500 penderita diabetes dan berisiko terkena serangan jantung dan stroke. Studi ini menemukan bahwa tak ada perbedaan tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular diantara orang yang mengonsumsi omega-3 ataupun plasebo.
Begitu pula dengan antioksidan yang biasa ditemukan dalam suplemen vitamin A, C dan E. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute tak menemukan manfaat perlindungan melawan risiko kanker prostat atau gastrointestinal dari penggunaan antioksidan tersebut. Sebaliknya, peneliti mengatakan, "Sejumlah percobaan klinis menunjukkan bahwa beberapa antioksidan ini justru meningkatkan risiko kanker."
Solusi:
American Heart Association menyatakan bahwa masih ada saja penderita penyakit arteri koroner yang berkonsultasi dengan dokternya tentang pemberian suplemen omega-3. Padahal asupan omega-3 bisa didapatkan dari makan makanan yang mengandung lemak ikan sedikitnya dua kali seminggu. Namun jika Anda ingin mengurangi risiko kanker, Consumer Reports menyarankan agar Anda berhenti minum suplemen antioksidan, minum alkohol dan membuat pola makan yang sehat.
8. Tersedak dan iritasi kerongkongan
Dari data FDA, Consumer Reports menemukan lebih dari 900 kasus tersedak suplemen selama lebih dari lima tahun.
Meski risikonya kecil, Dr. Joe Blumin dari American Academy of Otolayrngology-Head and Neck Surgery mengatakan bahwa tersedak merupakan kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera.
Blumin juga mengatakan bahwa pil-pil tersebut bisa mengiritasi kerongkongan dan menyebabkan kejang sehingga pilnya akan mentok dan memberikan sensasi seperti tersedak.
Solusi:
"Terkadang yang Anda perlukan hanyalah menelannya sekali lagi atau minum air yang banyak untuk menurunkan pilnya," ujar Blumin.
Namun sebenarnya bagaimana cara terbaik yang bisa digunakan untuk memastikan vitamin masuk ke tubuh dengan benar? Sebelum meminum pilnya, lembabkan mulut dan tenggorokan Anda dengan air. Lalu tempatkan pilnya di ujung lidah, sruput sedikit air, dongakkan kepala ke belakang dan telan pil tersebut. Minumlah air sisanya untuk membantu mendorong pil turun. Jika Anda sering bermasalah saat menelan pil, konsultasikan dengan dokter THT.
9. Produk alami mungkin ada baiknya tapi itu belum tentu
Meski pada kemasan vitamin Anda tertera label 'organik' tapi tidak menutup kemungkinan obat ini juga telah dibuat di sebuah laboratorium.
FDA juga menyatakan bahwa ada sejumlah produk yang hanya mengandung tiruan sintetis dari obat herbal yang bahkan tidak bisa dikualifikasi sebagai suplemen diet sama sekali.
Solusi:
Jika Anda memilih untuk mengonsumsi vitamin, obat herbal atau suplemen lainnya, carilah tanda 'USP Verivied' yang berarti suplemen ini memenuhi standar kualitas, kemurnian dan potensinya.
10. Mungkin Anda tak butuh suplemen sama sekali
Banyak nutrisi yang bisa didapatkan dengan mudah lewat alam dan Anda tak perlu sebuah label untuk membuktikannya.
Vitamin A ditemukan pada telur, hati dan susu namun bahkan seorang vegetarian pun bisa memperoleh dosis harian dari lima porsi sayuran berdaun hijau serta buah-buahan berwarna kuning dan oranye. Vitamin B juga bisa diperoleh dari produk makanan turunan hewan (meski begitu wanita hamil atau mencoba untuk hamil masih ingin mempertimbangkan penggunaan asam folat untuk membantu mencegah cacat lahir).
Vitamin C tak terbukti mencegah influenza dan terlalu banyak vitamin C justru berbahaya bagi orang-orang yang mengidap hemokromatosis, sebuah kondisi dimana tubuh menyerap dan menyimpan terlalu banyak zat besi. Makanan yang kaya akan vitamin D seperti lemak ikan, telur dan produk susu biasanya juga diperkaya dengan vitamin sehingga Anda tak memerlukan suplemen.
Yang perlu diingat adalah banyak studi yang mengaku tak menemukan bukti bahwa multivitamin dapat meningkatkan kesehatan individu.
Solusi:
Jika pola makan Anda sudah mengandung komposisi seperti buah-buahan, sayuran, sereal, susu dan protein maka Anda takkan mendapatkan manfaat tambahan jika mengonsumsi vitamin tertentu.
.
Tidak hanya suplemen vitamin yang beresiko bagi kesehatan, kelebihan suplemen mineral juga bisa berakibat fatal
http://shear-health.blogspot.com/2012/11/hindari-konsumsi-mineral-berlebihan.html