Bagi wanita sebaiknya mengenal tanda tanda akan melahirkan, karena suatu saat akan melahirkan anak tercintanya. Tanda-tanda melahirkan bisa saja muncul beberapa hari, seminggu, atau sehari sebelum si jabang bayi lahir. Tak sedikit ibu hamil (bumil) yang terkecoh dan memutuskan ke rumah sakit bahkan sampai menginap, namun masih diizinkan pulang oleh dokter karena belum waktunya melahirkan.
Itulah mengapa bumil sebaiknya mengenali tanda-tanda persalinan sudah dekat, lalu dalam kondisi apa pula ibu harus mendatangi rumah sakit. Segera bawa bumil ke dokter bila menemukan tiga tanda ini:
1. Pembukaan.
Adanya pembukaan mulut tahim ditandai dengan keluarnya lendir (mucus) berwarna kemerahan atau kecoklatan. Teksturnya seperti lendir ingus yang kental. Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur darah. Itu terjadi karena di masa ini terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim.
Umumnya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri (atau tak nyaman yang dialami) terjadi karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat kelanjutan melunaknya rahim.
Ibu akan merasakan ingin sering berkemih dan buang air besar. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touche).
2. Kontraksi.
Menjelang melahirkan, bumil juga akan mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir.
Kontraksi yang dialami bumil terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang. Nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah.
Perlu dibedakan dengan konstraksi semu atau kontraksi palsu (braxton hicks) yang umumnya terjadi pada akhir trimester kedua. Biasanya kontraksi palsu berlangsung pendek waktunya (kurang dari satu menit), tidak terlalu sering atau tidak teratur, tidak terlalu kuat, tak bertambah kuat seiring bertambahnya waktu, serta tanpa rasa nyeri atau mulas.
Kontraksi palsu terjadi pada paha bagian dalam, punggung dan bukan pada perut bagian bawah. Kontraksi ini terjadi sebagai suatu mekanisme latihan dari rahim untuk lebih bersiap-siap kelak ketika tiba waktunya melahirkan. Jadi kontraksi palsu takkan menyebabkan lahirnya bayi. Umumnya rasa tidak nyaman ini hilang atau berkurang bila bumil berjalan atau mencoba berbaring.
Demi memastikan apakah yang dirasakan bumil kontraksi asli atau palsu, saat terjadi kontraksi, catatlah frekuensinya, kekuatan dan lamanya kontraksi tersebut dengan memanfaatkan stopwatch atau jam tangan. Suami bisa membantu bumil melakukan pencatatan ini.
Sekali lagi, kontraksi ditandai dengan kontraksi secara berkala, lama, kuat. Lamanya 45-75 detik dengan kekuatan kontraksi semakin lama bertambah kuat. Saat mulas, jika ibu menekan dinding perut dengan telunjuk akan terasa perut mengeras. Sedangkan interval kontraksinya akan bertambah sering, permulaan 10 menit sekali kemudian dua menit sekali.
3. Pecah ketuban.
Satu tanda lagi yang menyertai persalinan adalah pecahnya membran atau ketuban kala kanting amniotik pecah. Seperti diketahui, di dalam selaput ketuban (korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma luar.
Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi karena berbagai hal. Misal karena bumil mengalami trauma, infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan pecah.
Bila sudah terjadi pecah ketuban berarti selaput ketuban sudah ada "hubungan" dengan dunia luar dan membuka potensi kuman untuk masuk. Karena itulah bumil perlu segera mendapatkan penanganan dan dalam waktu maksimal 24 jam diharapkan bayi sudah bisa dilahirkan. Seiring pecahnya membran ini, ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.
Itulah mengapa bumil sebaiknya mengenali tanda-tanda persalinan sudah dekat, lalu dalam kondisi apa pula ibu harus mendatangi rumah sakit. Segera bawa bumil ke dokter bila menemukan tiga tanda ini:
1. Pembukaan.
Adanya pembukaan mulut tahim ditandai dengan keluarnya lendir (mucus) berwarna kemerahan atau kecoklatan. Teksturnya seperti lendir ingus yang kental. Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur darah. Itu terjadi karena di masa ini terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim.
Umumnya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri (atau tak nyaman yang dialami) terjadi karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat kelanjutan melunaknya rahim.
Ibu akan merasakan ingin sering berkemih dan buang air besar. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touche).
2. Kontraksi.
Menjelang melahirkan, bumil juga akan mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir.
Kontraksi yang dialami bumil terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang. Nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah.
Perlu dibedakan dengan konstraksi semu atau kontraksi palsu (braxton hicks) yang umumnya terjadi pada akhir trimester kedua. Biasanya kontraksi palsu berlangsung pendek waktunya (kurang dari satu menit), tidak terlalu sering atau tidak teratur, tidak terlalu kuat, tak bertambah kuat seiring bertambahnya waktu, serta tanpa rasa nyeri atau mulas.
Kontraksi palsu terjadi pada paha bagian dalam, punggung dan bukan pada perut bagian bawah. Kontraksi ini terjadi sebagai suatu mekanisme latihan dari rahim untuk lebih bersiap-siap kelak ketika tiba waktunya melahirkan. Jadi kontraksi palsu takkan menyebabkan lahirnya bayi. Umumnya rasa tidak nyaman ini hilang atau berkurang bila bumil berjalan atau mencoba berbaring.
Demi memastikan apakah yang dirasakan bumil kontraksi asli atau palsu, saat terjadi kontraksi, catatlah frekuensinya, kekuatan dan lamanya kontraksi tersebut dengan memanfaatkan stopwatch atau jam tangan. Suami bisa membantu bumil melakukan pencatatan ini.
Sekali lagi, kontraksi ditandai dengan kontraksi secara berkala, lama, kuat. Lamanya 45-75 detik dengan kekuatan kontraksi semakin lama bertambah kuat. Saat mulas, jika ibu menekan dinding perut dengan telunjuk akan terasa perut mengeras. Sedangkan interval kontraksinya akan bertambah sering, permulaan 10 menit sekali kemudian dua menit sekali.
3. Pecah ketuban.
Satu tanda lagi yang menyertai persalinan adalah pecahnya membran atau ketuban kala kanting amniotik pecah. Seperti diketahui, di dalam selaput ketuban (korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma luar.
Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi karena berbagai hal. Misal karena bumil mengalami trauma, infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan pecah.
Bila sudah terjadi pecah ketuban berarti selaput ketuban sudah ada "hubungan" dengan dunia luar dan membuka potensi kuman untuk masuk. Karena itulah bumil perlu segera mendapatkan penanganan dan dalam waktu maksimal 24 jam diharapkan bayi sudah bisa dilahirkan. Seiring pecahnya membran ini, ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.