Pengguna BlackBerry di Indonesia sudah bayak sekali dari anak anak sampai orang dewasa, juga dalam penggunaannya untuk kepentingan bisnis ataupun gagah gagahan. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (28/2/2012), menilai Blackberry lucu. Nah, apa lagi yang lucu pada Ponsel yang banyak canggih ini ?
"Lucu kan bahwa kita sudah membeli 6 juta Blackberry, tapi zona waktu Jakarta saja enggak ada. Yang ada Bangkok dan Singapura," kata Gita.
Lebih lucu lagi, Gita melanjutkan, Research In Motion (RIM) selaku produsen Blackberry tak membangun pabrik di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak membeli Blackberry.
Gita melanjutkan, laporan keuangan RIM tahun lalu menunjukkan bahwa penjualan Blackberry mencapai 20 miliar dollar AS.
Tahun ini, rencananya RIM akan menjual 4-5 juta unit di Indonesia. Jika harga per unit senilai 300-400 dollar AS, maka omzet total RIM dari penjualan di Indonesia senilai 2 miliar dollar AS atau 10 persen dari total penjualan globalnya.
"Lucu kan, kalau Indonesia sudah memberikan kesejahteran luar biasa ke suatu perusahaan dalam konteks 10 persen dari total penjualan, tapi tak ada zona waktu Jakarta, dan enggak ada kepentingan siapa pun di negara asal mereka untuk membangun pabrik di sini, tetapi justru di negara tetangga kita. Ini harus disikapi," kata Gita.
Banyak orang yang tidak berpikir kritis terhadap maslah fitur atau kelengkapan software, karena sebagian besar mungkin hanya sebagai pengguna saja.
Dengan kelanehan itu banyak yang emebrikan komentar, salah satunya adalah dari :
Hario Santoso :
"Memang lucu dua-duanya. Yang satu lucu karena sombong betul tidak mau buka pabrik tapi peluncuran perdana Belagio di dunia diadakan di Jakarta. Satu lagi lucu karena untuk buka pabrik banyak hal yang dipersulit. Belum lagi ada permintaan spy-on ke pihak RIM untuk bisa monitor apa saja yang ditulis di BB".
Jet Silver :
"barangkali iklim investasi dan regulasi masih belum bagus di RI. Contoh kecil saja, mendirikan tower harus ada ijin prnsip, sementara tidak ada aturan baku sumbangan max yg diminta oleh warga sekitar, termasuk RT, lurah dll, misalnya biaya sewa tanah pertahun 25 juta, tp ada sumbangan ke beberapa oknum/warga minta 20 juta, tidak ada aturan baku, berapa max sumbangan yg boleh diminta per kk/kepala. blm biaya yg lain2. apalagi jika berhadapan dengan birokrat :) tahu sendiri dah".
.
"Lucu kan bahwa kita sudah membeli 6 juta Blackberry, tapi zona waktu Jakarta saja enggak ada. Yang ada Bangkok dan Singapura," kata Gita.
Lebih lucu lagi, Gita melanjutkan, Research In Motion (RIM) selaku produsen Blackberry tak membangun pabrik di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak membeli Blackberry.
Gita melanjutkan, laporan keuangan RIM tahun lalu menunjukkan bahwa penjualan Blackberry mencapai 20 miliar dollar AS.
Tahun ini, rencananya RIM akan menjual 4-5 juta unit di Indonesia. Jika harga per unit senilai 300-400 dollar AS, maka omzet total RIM dari penjualan di Indonesia senilai 2 miliar dollar AS atau 10 persen dari total penjualan globalnya.
"Lucu kan, kalau Indonesia sudah memberikan kesejahteran luar biasa ke suatu perusahaan dalam konteks 10 persen dari total penjualan, tapi tak ada zona waktu Jakarta, dan enggak ada kepentingan siapa pun di negara asal mereka untuk membangun pabrik di sini, tetapi justru di negara tetangga kita. Ini harus disikapi," kata Gita.
Banyak orang yang tidak berpikir kritis terhadap maslah fitur atau kelengkapan software, karena sebagian besar mungkin hanya sebagai pengguna saja.
Dengan kelanehan itu banyak yang emebrikan komentar, salah satunya adalah dari :
Hario Santoso :
"Memang lucu dua-duanya. Yang satu lucu karena sombong betul tidak mau buka pabrik tapi peluncuran perdana Belagio di dunia diadakan di Jakarta. Satu lagi lucu karena untuk buka pabrik banyak hal yang dipersulit. Belum lagi ada permintaan spy-on ke pihak RIM untuk bisa monitor apa saja yang ditulis di BB".
Jet Silver :
"barangkali iklim investasi dan regulasi masih belum bagus di RI. Contoh kecil saja, mendirikan tower harus ada ijin prnsip, sementara tidak ada aturan baku sumbangan max yg diminta oleh warga sekitar, termasuk RT, lurah dll, misalnya biaya sewa tanah pertahun 25 juta, tp ada sumbangan ke beberapa oknum/warga minta 20 juta, tidak ada aturan baku, berapa max sumbangan yg boleh diminta per kk/kepala. blm biaya yg lain2. apalagi jika berhadapan dengan birokrat :) tahu sendiri dah".
sumber : kompas
.
0 komentar:
Posting Komentar