Tujuan utama pelayaran Christopher Columbus adalah untuk membuka rute perdagangan dengan membawa kembali harta dan rempah-rempah ke Eropa. Tapi muncul bukti baru yang menunjukkan bahwa Columbus juga mungkin telah pulang dengan membawa hal yang tidak diinginkan, yaitu wabah sifilis atau raja singa.
Epidemi sifilis tercatat pertama terjadi di Eropa pada tahun 1495 atau 3 tahun setelah Columbus pulang dari pelayaran untuk menemukan Dunia Baru. Para ilmuwan telah lama menduga bahwa perjalanan tersebut adalah sumber penyebaran penyakit.
Kurangnya bukti yang mendukung teori ini menyebabkan dugaan ini tak banyak diamini secara luas. Terdapat sisa-sisa kerangka dari Dunia Lama dan Dunia Baru yang diduga menunjukkan tanda-tanda bahwa infeksi sifilis telah terjadi sebelum pelayaran Columbus.
Namun analisis baru mengenai bukti tulang yang dilakukan para peneliti di Emory University akhirnya menutup kasus ini.
"Kasus in telah dievaluasi secara sistematis. Bukti terus terkumpul dan menegaskan bahwa nenek moyang sifilis berasal dari Dunia Baru melalui kru kapal Columbus dan berkembang dengan cepat menjadi penyakit kelamin di sekitar kita hingga hari ini," kata peneliti, George Armelagos.
Menurut Armelagos dan rekan-rekannya, sebagian besar bukti yang diajukan gagal karena tidak memenuhi salah satu kriteria standar diagnostik sifilis: lubang pada tengkorak dan tulang panjang yang dikenal sebagai karies sicca.
Untuk kasus yang tidak memenuhi kriteria ini, ada alasan yang menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Semua kasus ini berasal dari daerah pesisir di mana makanan laut adalah makanan yang umum dikonsumsi.
Lingkungan semacam ini dapat membuang radiokarbon lewat apa yang disebut 'efek reservoir laut', dimana makanan laut terkontaminasi oleh karbon yang lebih tua yang dibawa ke permukaan oleh naiknya arus laut.
Setelah efek ini diuji dalam analisis radiokarbon, semua bukti tulang yang ada ternyata cocok dengan waktu yang mendukung teori bahwa sifilis berasal dari perjalanan Colombus.
"Setelah kami menyesuaikan dengan tanda-tanda tersebut, semua kerangka menunjukkan secara pasti bahwa penyakit tersebut tampaknya terjadi setelah Columbus kembali ke Eropa," kata salah satu kontributor penelitian, Kristin Harper seperti dilansir MNN.com, Jumat (23/12/2011).
Memang sulit dipercaya bahwa sekelompok kecil pelaut, bahkan mungkin Columbus sendiri, bisa menjadi salah satu sumber wabah yang paling menghancurkan Eropa saat itu. Temuan ini menunjukkan betapa rentannya populasi manusia ketika ada penyakit baru yang menyerang.
"Sifilis telah ada selama 500 tahun. Orang mulai memperdebatkan dari mana asalnya beberapa lama kemudian, dan mereka tidak berhenti karena ini adalah salah satu penyakit global pertama. Pemahaman dari mana asalnya dan bagaimana penyebarannya dapat membantu kami memerangi penyakit saat ini," jelas Molly Zuckerman, kontributor lainnya dalam penelitian.
Epidemi sifilis tercatat pertama terjadi di Eropa pada tahun 1495 atau 3 tahun setelah Columbus pulang dari pelayaran untuk menemukan Dunia Baru. Para ilmuwan telah lama menduga bahwa perjalanan tersebut adalah sumber penyebaran penyakit.
Kurangnya bukti yang mendukung teori ini menyebabkan dugaan ini tak banyak diamini secara luas. Terdapat sisa-sisa kerangka dari Dunia Lama dan Dunia Baru yang diduga menunjukkan tanda-tanda bahwa infeksi sifilis telah terjadi sebelum pelayaran Columbus.
Namun analisis baru mengenai bukti tulang yang dilakukan para peneliti di Emory University akhirnya menutup kasus ini.
"Kasus in telah dievaluasi secara sistematis. Bukti terus terkumpul dan menegaskan bahwa nenek moyang sifilis berasal dari Dunia Baru melalui kru kapal Columbus dan berkembang dengan cepat menjadi penyakit kelamin di sekitar kita hingga hari ini," kata peneliti, George Armelagos.
Menurut Armelagos dan rekan-rekannya, sebagian besar bukti yang diajukan gagal karena tidak memenuhi salah satu kriteria standar diagnostik sifilis: lubang pada tengkorak dan tulang panjang yang dikenal sebagai karies sicca.
Untuk kasus yang tidak memenuhi kriteria ini, ada alasan yang menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Semua kasus ini berasal dari daerah pesisir di mana makanan laut adalah makanan yang umum dikonsumsi.
Lingkungan semacam ini dapat membuang radiokarbon lewat apa yang disebut 'efek reservoir laut', dimana makanan laut terkontaminasi oleh karbon yang lebih tua yang dibawa ke permukaan oleh naiknya arus laut.
Setelah efek ini diuji dalam analisis radiokarbon, semua bukti tulang yang ada ternyata cocok dengan waktu yang mendukung teori bahwa sifilis berasal dari perjalanan Colombus.
"Setelah kami menyesuaikan dengan tanda-tanda tersebut, semua kerangka menunjukkan secara pasti bahwa penyakit tersebut tampaknya terjadi setelah Columbus kembali ke Eropa," kata salah satu kontributor penelitian, Kristin Harper seperti dilansir MNN.com, Jumat (23/12/2011).
Memang sulit dipercaya bahwa sekelompok kecil pelaut, bahkan mungkin Columbus sendiri, bisa menjadi salah satu sumber wabah yang paling menghancurkan Eropa saat itu. Temuan ini menunjukkan betapa rentannya populasi manusia ketika ada penyakit baru yang menyerang.
"Sifilis telah ada selama 500 tahun. Orang mulai memperdebatkan dari mana asalnya beberapa lama kemudian, dan mereka tidak berhenti karena ini adalah salah satu penyakit global pertama. Pemahaman dari mana asalnya dan bagaimana penyebarannya dapat membantu kami memerangi penyakit saat ini," jelas Molly Zuckerman, kontributor lainnya dalam penelitian.
0 komentar:
Posting Komentar