24/03/12

Penyebab Perjodohan dan Kecocokan

Perjodohan tidak hanya terjadi pada jaman Siti Nurbaya, sekarang pun ternyata masih ada perjodohan yang dilakukan orangtua untuk anaknya. Lantas, bisakah cinta tumbuh dalam pernikahan yang terjadi karena perjodohan?

Di zaman modern seperti sekarang, urusan perjodohan masih banyak terjadi. Realitanya tak hanya menyusup kalangan biasa saja, namun juga ke ranah selebriti.

Yang sedang hangat misalnya, terjadi pada kasus artis Julia Perez. Mantan kekasih pesepakbola Gaston Castano ini mengalami perjodohan yang dilakukan sang bunda. Jupe -panggilan Julia Perez-dalam hal ini dijodohkan dengan seorang ustadz, sosok pria terbaik pilihan sang mama.

Meski awalnya menolak perjodohan tersebut, namun akhirnya Jupe pun takluk dengan keinginan ibunya. Semuanya dilakukan atas dasar rasa bakti dirinya terhadap orangtua yang telah mengandungnya selama sembilan bulan.

Jupe mungkin hanyalah satu kasus nyata yang ter-blow up ke permukaan. Di luar sana, rentetan pria ataupun wanita masih banyak yang mengalami kasus perjodohan. Mereka dipaksa untuk mengikuti jodoh pilihan orangtuanya. Lalu, apa sebenarnya yang membuat perjodohan tetap terjadi di era modern seperti saat ini?

Menanggapi hal tersebut, Psikolog dan Dosen Muda Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung, Fredrick Dermawan Purba MPsi mengatakan, kemungkinan perjodohan dilakukan dikarenakan adanya dua faktor seperti usia atau kepentingan orangtua.

“Jika karena faktor mengingat usia, biasanya perjodohan tersebut dilakukan karena menurut pandangan masyarakat ia sudah layak harus menikah, karena kekhawatiran orangtua tersebut,” tuturnya.

Dalam kultur masyarakat Indonesia, wanita yang belum menikah di atas 25 tahun akan menjadi perbincangan tersendiri. Selain itu, kekhawatiran orangtua yang kerap muncul pun membuat mereka segera mencari sosok terbaik untuk anaknya.

“Biasanya kalau wanita sudah berusia di atas 25 tahun itu sudah rentan terhadap keharusan untuk menikah, apalagi di Indonesia,” sambungnya.

Tidak hanya faktor usia, jika perjodohan tersebut dilaksanakan karena kepentingan orangtua, kepentingan yang berada di baliknya pun akan berbeda.

“Biasanya jika berdasarkan kepentingan orangtua, misalnya karena bisnis atau hutang budi motifnya adalah mereka ingin menyatukan keluarga dari sosial ekonomi dan status keluarga yang sepadan,” tutupnya.

Perjodohan yang berdasarkan keterpaksaan membuat perjodohan begitu rapuh karena tak ada kecocokan yang dibangun di antara keduanya.
Ikatan hubungan yang dibangun atas dasar cinta memang tidak menjadi jaminan akan langgeng. Namun ketika hubungan tersebut berdiri tanpa dasar cinta sedikit pun, hal tersebut juga terancam rapuh.

Ya, kecocokan memang menjadi faktor utama dalam keharmonisan hubungan. Meski tidak selalu harus menjadi dominan dalam hubungan, namun tak dipungkiri kecocokan antar pasangan sangatlah dibutuhkan di luar perbedaan yang ada.

Menurut Psikolog dan Dosen Muda Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung, Fredrick Dermawan Purba MPsi, faktor kecocokan pasangan biasanya dikarenakan adanya persamaan esensial.

“Jika pasangan mengalami kecocokan itu pasti karena memiliki persamaan esensial, seperti secara tingkat pendidikan atau strata ekonomi yang sama biasanya lebih nyambung,” jelas pria berkacama ini kepada okezone lewat sambungan telepon, Kamis (22/3/2012).

Biasanya kecocokan pasangan satu sama lain dikarenakan ada kecocokan dasar dari dua insan tersebut. Namun jika cinta dapat tumbuh dalam sebuah perjodohan, faktor kecocokan satu sama lain sangatlah minim.

“Kemungkinan kecocokan dalam sebuah perjodohan masih 50:50, karena jika memang yang dijodohkan merasa nyambung pastinya mereka bisa saling mencintai, tetapi jika tidak ada kecocokan, ya susah untuk ke depannya,” sambungnya.

Ketika sebuah perjodohan menemukan kecocokan, sambung Fredrick tentu akan berbuah baik untuk kehidupan ke depannya. Namun akan berbeda ketika perjodohan tersebut tidak memiliki kecocokan bagi pasangan yang menjalaninya tentu akan berat untuk menghadapi kehidupan selanjutnya.

“Peluang untuk stres jika terjadi ketidakcocokan akan besar karena orang yang menjalaninya menjadi tidak bahagia. Selain itu, mereka pun akan depresi karena merasa dirinya tidak berharga, enggak mau hidup lagi, dan sebagainya. Tapi semua itu tergantung lagi pada kepribadian masing-masing orang,” tutupnya.

.

Semoga menambah pengetahuan dan bermanfaat azberita.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar