27/03/12

Cara Mencegah dan Mendeteksi Kangker Serviks Sendiri

Wanita memang harus lebih waspada terhadap kanker serviks. Usaha preventif diperlukan untuk mencegah serangan kanker leher rahim. Sampai saat ini kanker serviks tercatat sebagai pembunuh nomer satu di indonesia dan dunia.
Setiap jam diperkirakan seorang wanita indonesia meninggal karena kanker serviks. Diperkirakan terdapat 500 ribu wanita yang terdiagnosa kanker serviks. Rata-rata kematian tiap tahunnya mencapai 270 ribu.


Menjaga kebersihan organ intim kewanitaan sangat dianjurkan. Salah satunya, dengan sering mengganti pembalut saat datang bulan, kata seksolog dr Ryan Thamrin SpOG. "Daerah lembab merupakan lahan subur berkembangnya Human Pappiloma Virus (HPV) penyebab kanker serviks," tambahnya

Sering mengganti pembalut meminimalisasi  kelembaban yang terjadi. Hal ini juga berarti mencegah tumbuhnya HPV.

Seksolog yang sekaligus ahli kandungan ini mengatakan, tidak masalah apakah pembalutnya berbahan herbal atau tidak. "Yang penting sering diganti, itu kuncinya. Mau pakai pembalut herbal atau tidak itu bukan masalah," ujarnya.


Mendeteksi Kanker Serviks Mudah dan Murah

Asam cuka ternyata tidak hanya menambah rasa sedap dalam masakan, tapi juga berguna mendeteksi dini kanker serviks secara mudah dan murah. Deteksi dini kanker serviks dengan asam cuka ini disebut metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Metode ini sudah dikenalkan sejak 1925 oleh Hans Hinselman dari Jerman, tetapi baru diterapkan sekitar tahun 2005.


Kementerian Kesehatan RI pun sudah mengadopsinya. Cara ini selain mudah dan murah, juga memiliki keakuratan sangat tinggi dalam mendeteksi lesi atau luka prakanker, yaitu mencapai 90 persen.

Deteksi dini dengan cara mengoleskan asam cuka 3-5 persen di daerah mulut rahim (serviks) ini tidak harus dilakukan oleh dokter, tetapi bisa dipraktikkan oleh tenaga terlatih seperti bidan di puskesmas. Dan dalam waktu sekitar 60 detik sudah dapat dilihat jika ada kelainan, yaitu munculnya plak putih pada serviks. Plak putih ini bisa diwaspadai sebagai luka prakanker.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah meneliti penerapan IVA di India, Thailand, dan Zimbabwe. Efektivitasnya ternyata tidak lebih rendah daripada pap smear.

Selain kinerja yang sama dengan tes lain dan hasilnya bisa segera diketahui, IVA juga menawarkan keuntungan lain, yakni praktis, hanya memerlukan alat sederhana, dan harganya terjangkau.

Inke Maris, pakar komunikasi yang juga salah seorang pendiri Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia (Ipkasi), mengatakan sudah banyak puskemas yang mampu memberikan layanan tes IVA ini dengan biaya sekitar 15 ribu rupiah.

"Bahkan, sejumlah daerah sudah menerbitkan Perda yang menetapkan harga hanya 5 ribu rupiah untuk pemeriksaan IVA," tambah Dr. Basalama Fatum, MKM, Kasubdit Kanker Dit. PPTM, Kemenkes RI.

Terapi ini berlangsung singkat, kira-kira 5 menit. Memang ada rasa tidak nyaman ketika menjalani terapi ini. Kebanyakan perempuan merasakan sensasi dingin dan sedikit kram, atau kadang terasa hangat menjalar di tubuh bagian atas serta wajah.

Kemudahan dalam melakukan pemeriksaan sekaligus penanganan jika ditemukan luka prakanker ini memacu membuat program See and Treat semakin banyak diterapkan di sejumlah puskesmas. Diharapkan dengan IVA, akan makin banyak perempuan yang terjangkau oleh deteksi dini kanker serviks, sehingga angka kejadian kanker ini dapat diturunkan.
.

Semoga menambah pengetahuan dan bermanfaat azberita.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar