Wanita pekerja memiliki beberapa faktor penghambat karir, maka wanita pekerja harus tahu faktor penghambat wanita karir. Anggapan yang meremehkan peran perempuan di dunia kerja tak semestinya terpelihara. Perempuan memiliki kualifikasi tinggi yang membuatnya berhasil meraih pencapaian tertinggi dalam karier termasuk sebagai pengambil keputusan. Kualifikasi seperti intelejensi yang tinggi, kemauan bekerja keras, mudah akrab, sampai tingkat ketelitian yang tinggi, dimiliki kaum hawa.
Bahkan, menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan nirlaba, Catalyst, bos perempuan justru akan membuat laba perusahaan akan semakin meningkat. "Di Indonesia sendiri, perempuan juga sudah banyak mengambil peranan penting dalam bisnis dan dunia kerja," ungkap Neneng Goenadi, Executive Director Accenture Indonesia, dalam acara Accenture ThePath Forward beberapa waktu lalu di Jakarta.
Namun, untuk mendapatkan posisi tinggi dalam bisnis dan karier, para perempuan harus berjuang keras dan menempuh cara yang tak mudah. Menurut riset yang dilakukan oleh Accenture, pertumbuhan karier perempuan di Indonesia didorong oleh beberapa hal. Di antaranya, 40 persen eksekutif perempuan Indonesia lebih mengedepankan kerja keras untuk meraih sukses dalam karier, 22 persen kepercayaan diri, 14 persen soft skill. Riset Accenture ini melibatkan 3.900 eksekutif bisnis, laki-laki dan perempuan dari 31 negara, termasuk Indonesia.
Selain itu, riset ini juga menunjukkan bagaimana para perempuan mengambil langkah aktif untuk mengelola karier mereka, termasuk untuk menerima tanggung jawab yang berbeda (58 persen), mengikuti pendidikan atau pelatihan lanjutan (46 persen), sampai bekerja dengan waktu yang lbih panjang (36 persen).
Faktor penghambat
Meski perempuan memiliki kemampuan untuk mengembangkan karier, mereka masih mengalami beberapa hal yang menghambat kemajuan kariernya.
"Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan Indonesia, termasuk untuk mendapatkan kesempatan yang sama seperti rekan-rekan pria lainnya. Perusahaan di Indonesia perlu menyesuaikan fungsi-fungsi sumber daya manusianya untuk sepenuhnya bisa memanfaatkan kemampuan dan kompetensi perempuan Indonesia di tingkat eksekutif," tukas Neneng.
Penelitian yang dilakukan Accenture menyebutkan sejumlah hambatan terbesar yang dialami perempuan dalam meningkatkan kariernya. Di antaranya minimnya kesempatan yang diberikan, sekitar 42 persen responden mengakuinya. Faktor lain yang juga menghambat karier perempuan adalah ketidakjelasan jenjang karier di perusahaan tempat bekerja. Responden yang mengakui hal ini jumlahnya dua kali lipat lebih besar dibandingkan mereka yang melihat tanggung jawab keluarga seperti mengurus anak dan keluarga sebagai penghambat dalam berkarier.
Ada sekitar 20 persen eksekutif perempuan yang mengakui bahwa karier mereka terhambat ketika sudah berkeluarga dan punya anak. Hal ini disebabkan karena perempuan kesulitan mengatur keseimbangan waktu antara pekerjaan dan keluarga. Tak hanya itu, penelitian ini juga menyebutkan karier perempuan cenderung melambat, 40 persen disebabkan penurunan ekonomi pada 2008. Krisis ekonomi ini nyatanya berakibat pada penurunan karier dan ekonomi kaum perempuan, termasuk PHK.
.
Bahkan, menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan nirlaba, Catalyst, bos perempuan justru akan membuat laba perusahaan akan semakin meningkat. "Di Indonesia sendiri, perempuan juga sudah banyak mengambil peranan penting dalam bisnis dan dunia kerja," ungkap Neneng Goenadi, Executive Director Accenture Indonesia, dalam acara Accenture ThePath Forward beberapa waktu lalu di Jakarta.
Namun, untuk mendapatkan posisi tinggi dalam bisnis dan karier, para perempuan harus berjuang keras dan menempuh cara yang tak mudah. Menurut riset yang dilakukan oleh Accenture, pertumbuhan karier perempuan di Indonesia didorong oleh beberapa hal. Di antaranya, 40 persen eksekutif perempuan Indonesia lebih mengedepankan kerja keras untuk meraih sukses dalam karier, 22 persen kepercayaan diri, 14 persen soft skill. Riset Accenture ini melibatkan 3.900 eksekutif bisnis, laki-laki dan perempuan dari 31 negara, termasuk Indonesia.
Selain itu, riset ini juga menunjukkan bagaimana para perempuan mengambil langkah aktif untuk mengelola karier mereka, termasuk untuk menerima tanggung jawab yang berbeda (58 persen), mengikuti pendidikan atau pelatihan lanjutan (46 persen), sampai bekerja dengan waktu yang lbih panjang (36 persen).
Faktor penghambat
Meski perempuan memiliki kemampuan untuk mengembangkan karier, mereka masih mengalami beberapa hal yang menghambat kemajuan kariernya.
"Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan Indonesia, termasuk untuk mendapatkan kesempatan yang sama seperti rekan-rekan pria lainnya. Perusahaan di Indonesia perlu menyesuaikan fungsi-fungsi sumber daya manusianya untuk sepenuhnya bisa memanfaatkan kemampuan dan kompetensi perempuan Indonesia di tingkat eksekutif," tukas Neneng.
Penelitian yang dilakukan Accenture menyebutkan sejumlah hambatan terbesar yang dialami perempuan dalam meningkatkan kariernya. Di antaranya minimnya kesempatan yang diberikan, sekitar 42 persen responden mengakuinya. Faktor lain yang juga menghambat karier perempuan adalah ketidakjelasan jenjang karier di perusahaan tempat bekerja. Responden yang mengakui hal ini jumlahnya dua kali lipat lebih besar dibandingkan mereka yang melihat tanggung jawab keluarga seperti mengurus anak dan keluarga sebagai penghambat dalam berkarier.
Ada sekitar 20 persen eksekutif perempuan yang mengakui bahwa karier mereka terhambat ketika sudah berkeluarga dan punya anak. Hal ini disebabkan karena perempuan kesulitan mengatur keseimbangan waktu antara pekerjaan dan keluarga. Tak hanya itu, penelitian ini juga menyebutkan karier perempuan cenderung melambat, 40 persen disebabkan penurunan ekonomi pada 2008. Krisis ekonomi ini nyatanya berakibat pada penurunan karier dan ekonomi kaum perempuan, termasuk PHK.
.
0 komentar:
Posting Komentar